Sobat muslim smua, istilahnya emang serem abis. Jadi bisa ngebayangin deh kalo model gini berarti pemimpinnya galak bener. Apa kamu suka punya senior macam gitu? Kerjaannya bukan melindungi yunior tapi malah memeras yunior agar mau tunduk pada mereka. Jadi ada jatah wajib setor duit atau harta sama senior dan melakukannya dengan ancaman bahkan kekerasan. Idih, ini senior atau preman?
Maka, nggak heran dong kalo sampe budaya “perbedaan kelas” ditunjukkin sama senior untuk menekan yunior. Senior malah fasih teriak memaki yunior ketimbang menemani mereka belajar dan mengenalkan apa itu arti penghormatan dan penghargaan. Umumnya para senior malah bersuka-cita dan bersemangat melayangkan pukulan ke tubuh dan wajah yunior ketimbang mendidik disiplin para yunior dengan cinta dan persahabatan. Ini memang aneh bin ajaib. Aneh tapi nyata. Kalo sekadar ngerjain yang sifatnya bikin kesel kayak di MOS masih banyak yang nggak ngerasa sebagai tindakan penghinaan. Tapi kalo udah kekerasan secara fisik, biasanya kelakuan itu dicap sebagai perbuatan yang sungguh terlalu abis!
Sebenarnya kelakuan para diktator itu bisa macam-macam lho levelnya.
Sobat pernah ikut organisasi Rohis atau OSIS? Terus, pernah bekerjasama dengan senior yang jadi ketua organisasi tapi memiliki
Iya, kalo belum pernah bekerjasama dengan senior yang jadi ketua OSIS model gitu, kamu emang beruntung. Sebabnya, sang senior yang jadi ketua OSIS tersebut pastilah enak diajak ngobrol, asik diajak sharing, nggak bete kalo diajak diskusi. Singkat kata, sang senior yang memegang jabatan penting itu orangnya terbuka. Bukan orang yang antikritik. Waktu MOS kemarin ada nggak senior yang antikritik? Udah tahu tuh senior ngelakuin salah tapi nggak nerima kalo dikritik yunior.
Terus, kalo pun sekarang kamu ngalami bekerjasama dengan senior yang jadi ketua OSIS tapi punya
Sobat muslim smua, semoga saja kamu kalo kebetulan sebagai senior nggak belagu di hadapan yunior ya. Nggak asik banget. Capek abis kalo terus ngikutin persepsi bahwa senior pasti lebih keren, senior pasti oke, senior harus jaga imej di hadapan yunior. Bila perlu pasang tampang galak dan sok berwibawa dan nggak mau disandingkan dengan yunior apalagi dibanding-bandingkan kemampuannya. Wah, kalo ada senior tipe gini bisa dicap belagu tuh. Nggak benar en tentunya nggak baik punya sikap belagu bin sombong, Bro. Sumpah!
Nih Ghur ada cerita, suatu hari Lukman al-Hakim menasihati anaknya: “Janganlah engkau palingkan wajahmu dari manusia dan jangan menjauhkan diri dari mereka. Janganlah engkau memandang manusia dengan remeh dan hina. Janganlah engkau bergaul dengan orang-orang yang hasad, dengki, dan sombong. Hiduplah engkau bersama manusia dan untuk manusia. Dengarlah dengan teliti jika manusia berbicara dan bergaul denganmu. Tunjukkanlah kepada mereka wajah manis, riang, dan gembira. Senantiasa kamu melemparkan senyum kepada mereka. Jika engkau selalu bersama mereka, mereka akan mencintaimu. Senyum selalu, dan berlemah lembutlah kepada mereka. Jika engkau merendah diri terhadap mereka, mereka akan memuliakan kamu. Ketahuilah wahai anakku, bahwa orang sombong itu tak ubahnya seperti seorang yang berdiri di puncak bukit. Apabila dia melihat ke bawah, semua manusia kelihatan kecil, sedangkan dia sendiri nampak kecil di mata semua manusia lainnya.” [Mutiara Nasihat Lukman al-Hakim, karya Dr. Fathullah al-Hafnawi]
Sobat muslim smua, sebagai manusia biasa tentunya kita membutuhkan masukan dan mungkin saja kritikan dari orang lain. Sebab, orang lain itu ibarat cermin. Jangan sampe kita yang berkelakuan jelek dan diingatkan oleh orang lain yang melihat diri kita, lalu kita malah memarahi orang tersebut. Padahal, yang jelas salah adalah kita. Kalo kita begitu rupa, artinya kita nggak mengakui kesalahan kita dan sekaligus kita menyangkal bahwa kita tuh manusia yang memang butuh bantuan dari manusia lainnya karena kelemahan dan keterbatasan kita sebagai manusia. Tul nggak sih?
Dalam hidup ini kita selalu membutuhkan orang lain di sekitar kita. Sekecil apapun kontribusi mereka, mereka adalah sebuah anugerah yang sangat bernilai bagi hidup kita. Bayangkan jika di dunia ini kita hidup masing-masing tanpa mengenal aturan bermasyarakat. Masing-masing individunya cuek semua. Kayaknya seperti tinggal di kota mati deh (atau malah di hutan sendirian?). Mengerikan bukan?
Nggak ada ruginya kan senior bergandengan tangan dengan yunior. Jangan jaim demi mementingkan wibawa. Apalagi ngerasa sok benar sendiri dan meremehkan yunior. So, jangan sampe kamu jadi senior yang memiliki gaya seperti diktator. Nggak benar en nggak baik di mata manusia, apalagi di hadapan Allah Swt. Nggak asik banget gitu lho.